Sebagai seseorang yang mengkonsumsi kopi secara teratur, kita tentu akan merasa kehilangan atau merasa ada yang kurang apabila tak meneguk barang secangkir ada dua cangkir kopi dalam sehari. Demikian halnya saya, walaupun selalu mengalami overwhelming joy due to coffee effect, but still, can’t live without consuming this to-die-for-beverage at least a cup for a day. Bahkan saya mempunyai semboyan a prayer over a cup of coffee to start a brand new day. A prayer makes me believe that there shall be an unseen hand that helps me to endure in facing my daily challenges and a cup of coffee helps me to bring a positive atmosphere in my environment.
Saat iseng mebongkar lemari buku, saya menemukan sebuah harta karun kecil, FILOSOFI KOPI. Sebuah buku kumpulan cerpen dari salah satu penulis favorit saya, Dewi Lestari Simangunsong-akrab dipanggil Dee-yang saya beli pada 6 Mei 2006.
Dari buku ini saya baru tahu kalau ternyata kopi bukan minuman biasa. Ada makna dalam setiap jenis minuman kopi yang kita teguk. Tidak banyak jenis kopi beserta filosofinya yang dibahas di buku ini tapi tetap menarik untuk disimak satu persatu. Mari kita kaji satu persatu, siapa tahu ada kopi favoritmu disana.
1. Cappucino
Mencerminkan pribadi penyuka kelembutan dan keindahan sehingga cenderung diindetikan sebagai kopi paling genit. Kopi ini membutuhkan standar penampilan yang tinggi dan tidak boleh kelihatan sembarangan, kalau bisa terlihat seindah mungkin. Seorang penikmat Cappucino pasti akan memandangi penampilan yang terlihat di cangkirnya sebelum mencicip. Kalau dari pertama sudah kelihatan acak-acak dan tak terkonsep, bisa-bisa mereka nggak mau minum. Buih-buih yang dibentuk oleh barista sedemikian rupa menjadikan cappucinno memiliki nilai seni yang tinggi sebagai minuman.
Awal perkenalan saya dengan kopi diawali dengan mencicipi Cappucino. Rasa kopi yang moderat berbaur dengan rasa manis dan pahit kopi yang samar langsung membuat saya jatuh cinta pada kopi genit ini.
2. Kopi Tubruk
Lugu, sederhana, tapi sangat memikat kalau kita mengenalnya lebih dalam. Kopi tubruk tidak peduli penampilan, kasar, membuatnya juga sangat cepat. Seolah-olah tidak membutuhkan skill khusus. Tapi, tunggu saja sampai kita mencium aromanya.
Kedahsayatan kopi tubruk terletak pada temperatur, tekanan, dan urutan langkah pembuatan yang tepat. Semua itu akan sia-sia kalau kita kehilangan tujuan sebenarnya: aroma.
Ini adalah jebis kopi yang saya konsumsi sehari-hari. Rasanya mantap dan benar-benar membuat segar karena tonjokan kafein yang pas kena di pembuluh-pembuluh darah sehingga aliran darah ke otak menjadi lebih lancar.
3. Ben’s Perfecto
Lahir dari tantangan seorang pengusaha muda nan sukses tiada tara pada Ben, pemilik Filosofofi kopi. Semua kopi yang ada dalam daftar kafe itu dianggap belum mampu mewakili kesuksesan sebagai wujud kesempurnaan hidup. Tidak ingin dianggap sebagai barista yang gagal, ben mulai melakukan eksperimen seusai jam buka kafe. Meja bartender tempat singgasananya pun diubah menjadi layaknya sebuah laboratorium kimia lengkap dengan gelas-gelas ukur, tabung-tabung reaksi, timbangan dan sendok takar.
Kerja keras yang tak sia-sia karena lahirlah sebuah ramuan kopi dimana saat seseorang meminumnya akan tersihir dalam klimaks kenikmatan tertinggi. Sebuah rasa sempurna yang membuat semua orang mengakui bahwa sukses adalah wujud kesempurnaan hidup.
4. Kopi Tiwus
Tumbuh di tempat yang tidak ideal ditanami kopi namun menghasilkan rasa yang membuat ben’s perfecto tidaklah lebih dari kopi biasa. Ditanam dengan kuantitas yang kecil tapi hasilnya sangat berlimpah ruah ketika dipanen. Dengan lima ribu rupiah, sebakul penuh kopi ini bisa dibawa pulang untuk konsumsi selama berbulan-bulan.
Banyak sekali yang suka kopi ndeso ini. Ada yang bilang bikin seger, bikin tentrem, bikin sabar, bikin tenang, bikin tenang, bikin kangen. Kopi ndeso dengan citarasa yang hakiki inilah titik balik bagi hidup Ben, seorang barista yang mengira kopi terbaik dunia telah lahir dari hasil pemikirannya . Sukses yang diraih ternyata tak lebih dari sebuah pemuas ego untuk kesempurnaan palsu. Rupanya kopi tiwus berhasil membuat dia kembali berpijak pada bumi ini. Bahwa diatas langit masih ada langit. Tak ada manusia atau hal yang sempurna di kolong langit ini selain dari Tuhan pencipta alam semesta.
Kopi tiwus telah membuat dia sadar bahwa walau tak ada yang sempurna, hidup ini indah begini adanya.
Kita harus ingat, sesempurna apa pun kopi yang kita buat, kopi tetap kopi, punya sisi pahit yang tak dapat disembunyikan. Dan disanalah kehebatan kopi tiwus…memberikan sisi pahit yang membuat kita melangkah mundur, dan berpikir bahwa uang puluhan juta sekalipun tidak akan mampu mmbeli kesempurnaan hidup. Kesempurnaan memang palsu. Mencintai apa adanya lebih nikmat daripada menuntut sebuah kesempurnaan.
Nabi Sulaiman-orang terkaya dan paling bijaksana di muka bumi ini-pernah berkata bahwa ambisi manusia tidaklah lebih dari sebuah usaha menjaring matahari . percuma saja mengumpulkan harta paling banyak di dunia ini kalau tidak pernah ingat sang pencipta.
Ehm….saya pun sebagai orang muda tak memungkiri bahwa ingin sekali menikmati hal-hal yang terbaik dalam hidup ini. Melalui tulisan ini, saya tidak ingin memberikan khotbah kebijaksanaan hanya untuk sekedar sharing sebagai sesama pecinta dan penikmat kopi. Tuhan menciptakan minuman eksotis ini bukan hanya untuk menaikkan prestise kita sebagai manusia tetapi juga sebagai pengingat bahwa sepahit apapun hidup, akan selalu hal-hal menarik yang terlalu sayang untuk dibiarkan berlalu begitu saja tanpa pernah menarik suatu pelajaran berharga darinya. Tentu saja, akan semakin membuat kita mencintai (dan mengkonsumsi) dengan sepenuh hati dan bijaksana.
So, setelah membaca tulisan ini, mari kita menikmati kopi favorit kita masing-masing sambil mengucap syukur padaNya.